Ngayogyakarta Serambi Madinah

A.    Semenjak tahun 1755 di wilayah Ngayogyakarta telah hadir masyarakat baru yang hidup dala m tatanan islam. Masyarakat hidup rukun dan saling menghormati karena disatukan oleh ikatan etnik, budaya, kesamaan tujuan, dan filosofi kehidupan.
B.    Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat hadir memimpin mereka, melindungi, dan mensejahterakan mereka, mendidik dan membimbing ke arah yang mendekati tujuan idiil bersama, hingga matang da n menjadi sebuah bangsa dan umat yang satu yaitu bangsa jawa.
C.    Sultan Khalifatulloh dalam dinasti Hamengku Buwana adalah pelanjut dan pembangun kembali negara Mataram Islam yang dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma dan didirikan oleh Panembahan Senopati, sebagai pewaris Kesultanan Pajang yang berpangkal dari kesultanan Demak Bintoro.
D.    Sepanjang perjalanan sejarah Dinasti Hamengku Buwana dalam fungsi hamangku, hamengku dan hamengkoni pada masyarakat bangsanya, telah berhasil mengaplikasikan nilai-nilai luhur pada tatanan masyarakat yang berbudaya Islami.
E.    Pemahaman tentang nilai-nilai luhur pada tatanan masyarakat madinah dalam konteks Ngayogyakarta telah teadi semenjak HB 1, yaitu kajian integratif dalam Majelis Bukhoren yang dipimpin oleh KH Nur Iman (BPH Sandiyo) dalam pesantren luhur di Mlangi.
F.    Deri serangkaian pembicaraan rutin dalam kurun waktu yang cukup panjang pada Majelis Bukhoren yang diselenggarakan oleh keraton, maka pada tahun 2008 berhasil diadakan Halaqoh (semiloka) di Keraton Ngayogyakarta (Ndalem Joyokusuman) dan disepakati untuk melahirkan Ngayogyakarta Serambi Madinah sebagai sebutan untuk masyarakat Ngayogyakarta yang berbudaya adhiluhung dan agar segera di-birawa-kan. Pada bulan Agustus 2008  Ngayogyakarta Serambi  Madinah dideklarasikan di Masjid Gedhe, dihadiri oleh para ulama dan tokoh masyarakat dari seluruh DIY dan para tamu dari Banten. Selanjutnya pada 2009 diadakan kesepahaman (MoU) antara Kraton Ngayogyakata dengan Kanwil Depag DIY.
G.    Deklarasi Masjid Gedhe tersebut telah mendeskripsikan dasar-dasar Ngayogyakarta Serambi  Madinah, yang dituangkan dalam definisi, identifikasi, visi, dan semangat. Selengkapnya sbb: definisi Serambi Madinah adalah sebutan untuk Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebutan ini telah mereprentasikan karakter sosial, budaya dan keagamaan dalam hidup dan berkembang secara riil, sehingga menggambarkan sosok khittah Ngayogyakarta hadiningrat yang hakiki. Ngayogyakarta Serambi  Madinah  ini bukan partai, bukan ormas dan bukan organisasi apapun juga bukan bagian dari struktur pemerintah. Ia merupakan sebutan yang terekspresikan dari luapan cita rasa adiluhung yang mengental dalam diri masyarakat Ngayogyakarta dalam jati diri mereka.
H.    Nilai-nilai Ngayogyakarta Serambi Madinah diyakini telah termuat secara keseluruhan dalam ajaran Walisongo, Piwulang Agung Kraton Ngayogyakarta, kaweruh filosofi dan budaya masyarakat sebagai reinterpretasi terhadap Piagam Madinah pada zaman Nabi.     Namun tetap diakui bahwa tidaklah mudah untuk mengambil mutiara-mutiara ajaran yang tersebar dalam samodera kaweruh tersebut sebagai “penjelasan yang dikehendaki” terhadap naskah deklarasi Masjid Gedhe dimaksud.


Tujuh identifikasi Kesamaan Madinah dengan Ngayogyakarta

  1. Sejiwa dengan piagam madinah yang berisi penguatan masyarakat plural yang aman dan damai dalam disiplin dan identitas keagamaan yang jelas.
  2. Pusat pengembangan peradaban dengan ilmu pengetahuan dan budaya.
  3. Bersatunya kaum muhajirin (pendatang ) dan kaum ashar (pribumi) yang hakiki, artinya masyarakat bhineka tunggal ika dalam kehangatan ukhuwah yang tulus dan sejati.
  4. Kawah candra dimuka untuk mencetak tokoh-tokoh besar.
  5. Tempat perlindungan bagi orang teraniaya.
  6. Wilayah pengembangan nilai-nilai tradisional religius.
  7. Karakter masyarakat ramah dan sopan. 
Delapan visi serambi madinah
  1. Agama adalah anugerah Allah swt untuk membimbing para hamba-Nya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
  2. Nikmat dan rahmat Allah swt amat banyak telah dilimpahkan pada hamba-Nya, maka haruslah disyukuri dan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan diridhoi-Nya.
  3. Menyadari bahwa kehidupan ini adalah kelanjutan dari suatu proses yang telah berjalan panjang, maka disamping menghargai jasa-jasa dan prestasi para pendahulu kita jugaharus melanjutkan dan mengembangkanaya secara kreatif sebagai amanat amal jariyah.
  4. Menyadari akan keterbatasan setiap manusia maka mewujudkan generasi pelanjut yang lebih berkualitas adalah suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan.
  5. Untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas, maka kebodohan dan keterbelakangan harus diperangi ; oleh karena itu pendidikan mempunyai arti penting yang mutlak, baik pendidikan formal , informal, maupun non formal.
  6. Sebagai masyarakat yang berbudaya adhiluhung, maka faktor formal dan akhlaqul karimah menjadi bingkai utama yang kokoh dan tegas  dalam tatanan kedupan sehari-hari.
  7. Agar tidak menjadi beban pihak lain dan demi menjaga muru’ah (harga diri), maka jiwa adhiluhung mengharuskan setiap pribadi memiliki penuh semangat dalam bekerja, berprestasi dan berjasa, tanpa mengabaikan tugas-tugas ritual keagamaan.
  8. Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dalam menuaikan tugas dan kehidupan, maka dalam pergaulan harus saling menghormati, membantu , rukun dan tenggang rasa. 
Sepuluh Semangat Serambi Madinah
1.    Taqwa dalam beragama.
2.    Rukun dan hormat serta gotong royong dalam bermasyarakat.
3.    Bersikap ramah dan sopan dalam bergaul.
4.    Hidup dengan landasan ilmu dan penuh ‘amal serta pengabdian.
5.    Mewujudkan keluarga yang harmonis dalam mawadah dan rahmah.
6.    Mempersiapkan keturunan (anak cucu) sebagai generasi pelanjut yang lebih berkualitas.
7.    Nguri-uri nilai-nilai lama yang bermanfa’at dan mengembangkannya secara selektif, sekaligus kreatif dan innovatif.
8.    Menghargai jasa para pendahulu / leluhur dan meneladaninya, serta menghargai setiap prestasi yang bermanfaat bagi kehidupan.
9.    Membangun karakter dan moral masyarakat dengan amar ma’ruf nahi munkar secara bermartabat.
10.    Etos kerja yang tinggi untuk mencapai prestasi dalam bingkai tawakkal dan do’a.
Bila dikategorikan, paling tidak penjelasan itu akan menyangkut sub-sub tema berikut:
•    Kedaulatan pangan bagi masyarakat sebagai inti dari kesejahteraan sosial ekonomi. Pembicaraan ini ingin difokuskan pada vitalisasi pertanian dalam kaitan kemajuan ilmu pengetahuan.
•    Filosofi Ngayogyakarta Serambi Madinah, yaitu sejumlah nilai dasar dari ajaran Islam Jawa yang membingkai wujudnya Ngayogyakarta Serambi Madinah.
•    Kemajemukan sosial budaya, yaitu pemahaman akan kemajemukan masyarakat sebagai potensi pengembangan Ngayogyakarta Serambi Madinah.
•    Ngayogyakarta Serambi Madinah sebagai implementasi fungsi khilafah. Pembicaraan di sini sangat erat kaitannya dengan fungsi hamangku, hamengku dan hamengkoni pada diri Sultan sebagai Khalifatullah.
•    Sejarah Muhammad saw, baik sebagai pribadi maupun sebagai Rasulullah. Pembicaraan di sini terutama untuk mengungkap kebesaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dan interelasi antara Muhammad sebagai pribadi dan utusan Allah swt, atau format manunggaling kawulo gusti antara beliau dan Dia Yang Maha Mutlak.

1 komentar:

  1. kok bisa, sebutan serambi madinah???ngawur. Sarkem dan lain-lain itu mau digusur? sebaiknya jangan mudah buat jargon dan slogan.

    BalasHapus